JAKARTA – Cakrawalaonline, Pidato-berapi-api
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Kemayoran adalah ekspresi
kekecewaan yang mendalam sekaligus kemarahan serius pada praktik bernegara yang
saat ini berada di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi).
Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta
(UNJ) Ubedilah Badrun meyakini Mega telah lama memendam kekecewaan sejak
ada upaya perpanjangan kekuasaan 3 periode, tetapi ia masih bersabar saat itu.
Ubed melihat kini emosi Mega memuncak ketika
Mahkamah Konstitusi (MK) dipermainkan hingga secara moral runtuh karena
memaksakan kehendak untuk meloloskan anak Jokowi, Gibran Rakabuming, maju
Pilpres2024 sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.
"Karena ketua MK nya yang adik ipar Presiden
itu [red: Anwar Usman] telah melakukan pelanggaran etik berat yang keputusannya
memuluskan putra Jokowi untuk menjadi calon wakil Presiden," kata Ubed
kepada CNNIndonesia.com, Rabu (29/11).
Menurut Ubed, pesan penting dari Mega adalah
sebuah penegasan bahwa roda pemerintahan Jokowi sudah menabrak batas konstitusi
negara. Pidato Mega itu semacam kode untuk bangsa Indonesia agar tetap bersuara
secara lantang.
"Jelas terbaca kemarahan Mega itu meskipun
tidak menyebutkan kemarahannya itu ditujukan kepada siapa tetapi publik paham
bahwa secara semiotik kemarahan itu ditujukan kepada Jokowi beserta
keluarganya," ujarnya.
"Dengan kemarahan itu tandanya peringatan
keras untuk Jokowi beserta keluarganya," imbuhnya.
Ditambah lagi, Mega ketar-ketir karena Jokowi dalam gelaran Pilpres tak berada
di sisi PDIP. Anak sulungnya, Gibran justru menjadi cawapres dari kubu lawan
PDIP.
"Memang hal ini merugikan sendiri bagi PDI
Perjuangan. Padahal presiden Jokowi adalah kader PDI Perjuangan," tuturnya.
Selain sakit hati karena Jokowi tak berpihak pada
PDIP, Asrinaldi juga melihat Mega khawatir dengan adanya kecurangan. Sebab,
Pemilu yang melibatkan Gibran dilangsungkan saat Jokowi menjabat sebagai
presiden.
"Jadi saya pikir kekhawatiran Bu Mega
kemudian sindiran-sindirannya tentu ditujukan pada Pak Jokowi yang dianggap
sudah keluar dari pakem sebagai seorang presiden," jelas dia.
Di sisi lain, Asrinaldi juga berpandangan apa yang
disampaikan Mega ini merefleksikan apa yang terjadi dua atau mungkin satu
pemilu sebelumnya.
"Ketika PDI Perjuangan memang mengusung
kembali Pak Jokowi dan kemenangan Pak Jokowi juga menggambarkan sebenarnya
bagaimana keterlibatan PDI Perjuangan dalam pemenangan itu," ucap dia.
Dalam proses pemenangan itu, kata Asrinaldi, bisa
jadi apa yang dikhawatirkan Mega sebenarnya sudah dilakukan pada Pemilu
sebelumnya. Saat PDIP bersama-sama memenangkan Jokowi.
Sehingga, Mega tau celah kecurangan yang
berpotensi dilakukan oleh Jokowi untuk gelaran Pemilu saat ini.
"Nah ini sebenarnya membuat PDI Perjuangan
melalui kritikan Bu Mega untuk meminta semua pihak waspada dan memberi
pengawasan kepada kekuasaan yang dipegang oleh Pak Jokowi," ujarnya.
"Karena fenomena 2019 ke 2024 ketika PDI
Perjuangan bersama Pak Jokowi kan menggambarkan itu sebenarnya. Jadi sudah tahu
di mana celah akan terjadinya kecurangan yang dikhawatirkan oleh PDI Perjuangan,"
lanjutnya.
Namun, Asrinaldi mengatakan Mega tak bisa tinggal
diam. Oleh sebab itu, Mega sudah beberapa kali menyentil Jokowi dalam sejumlah
pernyataannya.
Asrinaldi meyakini Jokowi mulai matang berpolitik. Jokowi telah mempunyai
pengalaman berkuasa selama 10 tahun, sehingga terlatih menghadapi tekanan
politik.
"Jadi barangkali dari gesturnya Pak Jokowi
saya pikir beliau cukup santai ya menghadapi itu," tuturnya.
Asrinaldi meyakini Jokowi tidak akan berhenti
melakukan apa yang dimauinya, terlebih dia sudah lihai dalam meraih
simpati masyarakat.
Pidato Mega, kata Asrinaldi, bisa saja dianggap
angin lalu.
"Apa yang beliau [Jokowi] ingin lakukan dia
tetap dilakukan gitu. Sesekali barangkali memainkan politik yang membuat publik
simpati, kemudian seakan-akan publik tidak terlalu terpengaruh dengan apa yang
dikatakan oleh PDI Perjuangan," bebernya.
Dia menilai posisi Jokowi sangat strategis. Sebab,
Jokowi mempunyai akses dan kendali kekuasaan.
Meskipun tudingan-tudingan itu ada benar, kata
Asrinaldi, tentu PDIP dan masyarakat tidak bisa bisa berbuat apa-apa karena
memang membuktikannya sangat susah.
"Jadi ya publik pun pada akhirnya hanya
sekedar tahu dan ya tidak ada tindak lanjut terkait dengan pengetahuan yang
mereka miliki itu," ucap Asrinaldi.
Pidato Mega yang berapi-api itu bisa jadi ajakan
untuk masyarakat dalam mengawasi intrik Jokowi. Sebab, Jokowi tampak sudah tidak
peduli dengan gertakan Mega.
Asrinaldi berpendapat tak ada yang bisa dilakukan
selain berharap Jokowi berbenah diri atas kemauannya. Termasuk, menepati
janji-janjinya. Salah satunya bersikap netral di Pilpres 2024.
"Faktanya beliau [Jokowi] memang tidak peduli
kan. Ya tentu cara yang paling baik itu ya sama-sama mengawasi saja, sesuai
dengan statement Pak Jokowi bahwa beliau akan bersikap netral," ucap dia.
"Nah tentu janji seorang negarawan ini yang
akan dipegang oleh masyarakat bahwa beliau dalam pemilu 2004 memang akan
bertindak dan bersikap netral," imbuhnya.
Megawati mengungkapkan kejengkelannya di hadapan
ribuan relawan pendukung Pilpres 2024 Ganjar-Mahfud di JiExpo, Kemayoran,
Jakarta Pusat, Senin (27/11).
Mega menyampaikan pidato dengan penuh emosional
selama hampir satu jam. Dia mengaku kesal dengan dinamika politik menjelang
masa kampanye yang dimulai Selasa (28/11).
Mega menyebut penguasa saat ini bertindak laiknya
Orde Baru. Dia mengatakan itu dengan nada menggebu-gebu.
"Mestinya Ibu enggak perlu ngomong gitu, tapi
sudah jengkel. Karena apa, Republik ini penuh dengan pengorbanan, tahu tidak?
Mengapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti waktu
zaman Orde Baru," kata Mega
Mega juga mengaku sudah tak tahan lagi dengan
sejumlah laporan praktik intimidasi dan intervensi yang terjadi jelang masa
kampanyePilpres 2024.
Mega lalu mengingatkan bahwa pada dasarnya
reformasi adalah untuk membatasi kekuasaan. Sebuah amendemen, aturan tersebut
mestinya cukup diikuti, dan tidak boleh dilanggar.
"Aturan mbok diikuti ya, jangan
dilanggar-langgar. Kalau nanti bener disemprit, ternyata kalian juga maling,
haduh gawat," kata Mega.
Jokowi pada kesempatan terpisah hanya tersenyum
dan menyatakan enggan menanggapi pernyataan Megawati tersebut.
"Saya tidak ingin memberi tanggapan,"
kata Jokowi usai menghadiri gerakan tanam pohon bersama di Hutan Kota JIEP,
Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (29/11). Cl – Sumber : CNN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar