Jakarta – Cakrawalaonline, Kantor SAR
Kota Padang mencatat ada 75 pendaki yang berada di Gunung Marapi, Sumatera
Barat saat terjadi erupsi pada Minggu (3/12) sekitar pukul 14.54 WIB.
Erupsi gunung api berketinggian 2.891 mdpl ini
ditandai dengan muntahan kolom abu berisi material vulkanik hingga 3.000 meter
dari puncak kawah yang disertai suara gemuruh.
Imbas erupsi tersebut, hujan abu dilaporkan
terjadi di wilayah Nagari Lasi, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam dengan
intensitas tinggi hingga membuat suasana menjadi sangat pekat dan gelap.
75 pendaki terdampak
Kantor SAR Kota Padang mendata ada sebanyak 75
pendaki yang sedang berada di Gunung Marapi saat terjadi erupsi. Jumlah
tersebut berdasarkan data terbaru yang dirilis pada Senin (4/12).
"Jumlah surviver saat ini sudah mencapai 75
orang yang sudah terdata di posko," kata Kepala Kantor SAR Kota Padang,
Sumatera Barat Abdul Malik dalam keterangannya.
Berdasarkan data terbaru pada pukul 07.10 WIB,
Kantor SAR Kota Padang mencatat ada 11 orang pendaki yang dilaporkan meninggal
dunia.
Abdul menyampaikan saat ini pihaknya sedang
berupaya mengevakuasi kesebelas pendaki tersebut dari puncak Gunung Marapi.
"11 orang dalam keadaan Mc Delta (meninggal
dunia) dan saat ini sedang proses evakuasi dari puncak ke bawah," ucap dia.
Sementara 49 di antaranya sudah berhasil
dievakuasi dalam keadaan selamat dan 12 pendaki belum ditemukan.
Abdul menyebut dari 49 pendaki selamat itu,
sebagian sudah dipulangkan. Selain itu, kata dia, sejumlah pendaki lainnya
masih dirawat di dua rumah sakit, yakni RS Padang Panjang dan RS Bukittinggi.
"49 (pendaki) sudah terevakuasi dengan
selamat. Sementara tim gabungan masih mencari 12 pendaki lainnya," ujarnya.
Semburkan kolom abu setinggi 3.000 meter
Gunung Marapi yang berada di wilayah administrasi
Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat ini memuntahkan kolom abu berisi
material vulkanik hingga 3.000 meter dari puncak kawah yang disertai suara
gemuruh.
Menurut hasil perekaman seismogram Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), erupsi Gunung Marapi terekam
dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi 4 menit 41 detik.
Saat ini tim BPBD Kabupaten Agam sudah berada di
dua wilayah yang paling dekat dengan puncak, yakni Kecamatan Sungai Pua dan
Kecamatan Canduang.
Hujan abu dan batu
Tim Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BPBD
Kabupaten Agam, Ade Setiawan menuturkan hujan abu vulkanik dari erupsi
Gunung Marapi dilaporkan terjadi di wilayah Nagari Lasi, Kecamatan Canduang,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Minggu (3/12).
Hujan abu vulkanik itu turun dengan intensitas
tinggi hingga membuat suasana Nagari Lasi menjadi sangat pekat dan gelap.
"Hujan abu cukup pekat dan gelap terjadi di
Nagari Lasi, Canduang. Sekarang sudah berhenti," jelas Ade.
Setibanya di lokasi, tim BPBD Kabupaten Agam
bersama dengan PMI segera membagikan masker kepada masyarakat. Di samping itu,
mereka juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak keluar rumah dulu mengingat
intensitas hujan abu vulkanik yang tinggi dan dapat berdampak pada kesehatan.
"Masyarakat sudah dibagi masker dan
diingatkan agar tetap di dalam rumah," kata Ade.
Sementara itu, hujan abu vulkanik juga terjadi di
wilayah Kecamatan Sungai Pua. Akan tetapi intensitasnya rendah dengan durasi
yang tidak terlalu lama. Hal itu diduga karena arah angin yang cenderung
mengarah ke wilayah Kecamatan Canduang.
"Hujan abu di Sungai Pua tidak terlalu pekat.
Karena arah angin ke menuju ke Canduang," ungkap Ade.
Berdasarkan data yang dihimpun, dampak yang
ditimbulkan pada kejadian erupsi Gunung Marapi tidak hanya sebaran hujan abu
vulkanik saja namun juga hujan abu yang disertai batu. Adapun wilayah yang
terdampak hujan abu disertai batu terjadi di kecamatan Banuhampu, Tilatang
Kamang, Baso, Tanjung Raya, Lubuk Basung, IV Koto, Matur, Tanjung Mutiara,
Palembayan dan Kamang Magek.
Status waspada
PVMBG menetapkan status level II atau waspada
pada Gunung Marapi lantaran gejala peningkatan aktivitas vulkanik yang
dapat terjadi erupsi bersifat eksplosif, sudah berlangsung sejak Januari 2023.
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara
menyeluruh hingga 16 November 2023, maka tingkat aktivitas Gunungapi Marapi
masih tetap pada Level Il (Waspada) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan
potensi ancaman bahaya terkini.
Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Marapi
pada Level II (Waspada), maka direkomendasikan agar masyarakat di sekitar
Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
pada radius 3 km dari kawah/puncak.
Rentetan erupsi Gunung Marapi
Gunung Marapi menjadi salah satu gunung api yang
paling aktif di Pulau Sumatera. Berdasarkan catatan kejadian, gunung api ini
pernah erupsi pada tanggal 8 September 1830 dengan mengeluarkan awan yang
berbentuk kembang kol abu-abu kehitaman dengan ketebalan 1.500 m di atas kawahnya,
disertai dengan suara gemuruh.
Kemudian pada tanggal 30 April 1979 menurut
laporan pers pada saat itu disebutkan 60 orang meninggal dunia akibat letusan
Gunung Marapi dan disebutkan juga 19 orang pekerja penyelamat terperangkap oleh
tanah longsor.
Berikutnya memasuki akhir tahun 2011 hingga awal
tahun 2014, Gunung Marapi menampakkan peningkatan aktivitasnya melalui letusan
yang menyemburkan abu dan awan hitam. Menurut catatan di akhir tahun 2011,
semburan abu terbawa angin hingga mencapai Kabupaten Padang Pariaman.
Selanjutnya pada tanggal 26 Februari 2014, Gunung
Marapi meletus pukul 16.15 WIB, melepaskan beberapa material hingga ke wilayah
Kabupaten Agam dan Tanah Datar.
Adapun tanggal 7 Januari 2023, Gunung Marapi
mengalami erupsi pada pukul 06.11 WIB. Saat Gunung Merapi erupsi, diketahui ada
sejumlah pendaki yang masih berkemah. Padahal sebelumnya sudah ada imbauan
kepada masyarakat, wisatawan maupun pendaki agar tidak mencapai puncak.
Cl – Sumber : CNN INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar