DIY (Purworejo) - Cakrawalaonline ,Saat perjalanan dari Jogja Wates Temon Kulonprogo menyusuri jalan Deendeles atau bekas jalan buatan Penjajah Belanda di Indonesia hingga pantai Jatimalang, pantai Roro Inten hingga daerah Ketawang sampai pasar Kutoarjo Purworejo untuk mengetahui perkembangan pembangunan di luar DIY. Wartawan berhenti di warung parkiran pasar Kutoarjo minum, saat itulah wartawan melihat seorang yang nampak lemas sepertinya belum makan atau minum. Lalu wartawan mencoba mendekati orang itu berkenalan. Beliau mengaku bernama Narman, saat itu dia sedang memunguti botol aqua, Dos bekas Snack makanan di pinggir jalan atau kotoran apapun yang ada disitu dekat pasar Kutoarjo. Tak ubahnya dia sebagai tukang Gresek yang memungut sampah di wilayah seputar pasar itu.
Lalu wartawan menanyakan lagi bapak lahir dimana tahun berapa. Dijawab Narman lahir di Kebumen pada 31 Desember 1956.Tanya lagi bapak punya anak tidak. Jawabnya punya, tapi tidak menyebut berapa dan dimana. Disambung jawabnya, "saat ini saya tinggal di Girirejo Timur RT 003 RW 009 desa Kutoarjo kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo Jawa Tengah.
Punya istri tidak pak.? Jawabnya sudah meninggal alias duda. Berarti sendiri ya pak, tanya wartawan. Jawabnya iya, saya tidur di sembarang tempat kadang di cakruk kadang depan gudang. Karena menurut pengakuannya, dia tidak punya rumah. Sehingga Narman yang punya NIK 3306093112560087 tidak kumpul dengan anaknya. Dia hidup seperti gelandangan, tapi pola pikirnya masih cerdas karena ditanya punya KTP langsung menunjukkan KTP, hanya sayangnya tidak merubah status KTP masih tertulis kawin.
"Rasanya sayang orang yang masih cerdas pola pikirnya tidak ada yang menolong agar jadi orang yang lebih baik," kilah wartawan.
Datang seorang sopir online turut minum diwarung pinggir jalan itu. Singkatnya sopir grab mengungkapkan, "saya sering ketemu bapak yang jenggotnya panjang dan putih ini. Saya rasa kasihan karena pak Narman itu tidak diperhatikan oleh pemerintah desa pemerintah kecamatan, kabupaten maupun pemerintah propinsi Jawa Tengah," ungkap sopir online itu dan diakui oleh Narman dengan jawaban ya betul.
Pengakuan tersebut menyentuh pikiran wartawan, teringat banyak bantuan dari pemerintah untuk WNI mungkin salah sasaran. Sehingga pak Narman belum dapat bantuan dari pemerintah.
Wartawan nanya, apa pernah pak Narman lapor RT atau RW atau dukuh. Jawabnya dia tidak tahu soal itu. Lalu tanya wartawan nanya, apa pernah menanyakan ke pemerintah desa atau kecamatan. Jawabnya tidak berani. Kalau demikian siapa yang bisa mengurus Narman seorang duda tua ditinggal istri meninggal, dia hidup tidak menetap dengan pekerjaan yang kurang jelas hasilnya.
"Ya saya pingin juga dapat bantuan dari pemerintah. Tapi sepertinya para pejabat tidak peduli dengan kehidupanku yang seperti ini. Cari makan sulit, makan sehari dua kali kadang tidak kenyang dan tidur ditempat yang tidak jelas dan tak pernah pakai kasur serta sering kedinginan karena tidur diluar rumah. Pasrah saya pada Tuhan," ungkap Narman.
Demikian sekilas info tentang kehidupan rakyat kecil di pedesaan yang hidupnya masih banyak kesulitan karena kerja untuk makan seharinya belum cukup.. (Siti Marfuah/Sab)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar